Kisah Nyata Harumnya Kuburan Siti Maysitoh Tercium Rasulullah. Malaikat Jibril Jelaskan Menjelaskan Penyebabnya
Kelahiran, kehidupan, kematian seseorang yang bisa mengetahui secara pasti adalah Allah Swt.
Kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt tidak akan mengetahui rahasia dari ketiganya.
Untuk itu persiapkan diri kita dengan bekal yang mencukupi agar ketika menjalani kehidupan di akhirat bisa selamat tanpa ada aral melintang..Aamiin
APAKAH PENYEBAB KUBUR SITI MASYITOH HARUM
Ketika Rasulullah Saw ber-Isra Mi’raj tercium aroma sangat harum, dan Beliau sangat penasaran dengan bau harum tersebut.
Nabi Muhammad Saw bertanya kepada Malaikat Jibril, “Harum apakah itu wahai Jibril ?’’ Malaikat Jibril menjawab, itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan shalihah bernama Siti Masyitoh dan anak – anaknya.
Kisah perempuan yang memegang teguh kebenaran dan ke-imanan kepada Allah Swt ini diriwayatkan dalam hadis Ibnu Abbas.
Siapakah Siti Masyitoh tersebut…, perempuan shalehah yang dimaksud Malaikat Jibril ?
Ia hidup di Jaman Fir’aun, Raja kejam yang menganggap dirinya Tuhan.
Semua orang yang hidup pada saat itu harus mengakui ketuhanan dari Fir’aun, siapa yang berani menentang akan mendapatkan ganjaran yang sangat kejam.
Akan tetapi pada saat itu, ajaran dari Nabi Musa As sudah merasuk dalam sanubari para pengikut Fir’aun.
Tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya kembali, walau ajal akan menjemput.
Akan tetapi karena Fir’aun pada saat itu memiliki kekuasaan yang tidak tertandingi, dampaknya siapa saja yang percaya atau mengimani Allah Swt akan mendapatkan siksaan.
Fir’aun tahu ada beberapa orang dekat yang diam – diam beriman kepada Allah Swt dan Nabi Musa As. Mereka mengikuti tuntunan Kitab Taurat.
Tetapi Fir’aun belum bisa memastikan siapa saja yang benar – benar beriman kepada Allah Swt dan Nabi Musa As.
Orang – orang terdekat itu adalah Siti Aisyiah, yaitu istri dari Fir’aun, dan Siti Masyitoh yang mengurus anak Fir’aun.
Seorang lagi bernama Hazaqil, Ia adalah pembuat peti, tempat Musa balita ditaruh untuk kemudian dihanyutkan di sungai.
Pada saat itu di istana, ada pengikut Fir’aun yang bernama Hazaqil, beliau menjadi orang kepercayaan Fir’aun.
Ia menikah dengan Siti Masyitoh, suatu hari terjadi perdebatan sengit antara Fir’aun dengan Hazaqil.
Fir’aun menjatuhkan hukuman mati kepada ahli sihir yang menyatakan beriman kepada Nabi Musa As, keputusan tersebut ditentang keras oleh Hazaqil.
Karena Hazaqil saat membela ahli sihir tersebut sangat gigih, sehingga ada pertanyaan di dalam hati Fir’aun.
Sikap tersebut membuat Fir’aun curiga, jangan – jangan Hazaqil selama ini beriman pula kepada Nabi Musa As.
Atas sikap Hazaqil itu, Fir’aun mengganjarnya dengan hukuman mati, hal itu tak membuat Hazaqil takut.
Dengan tingkat percaya diri yang sudah sangat mamtap, Ia tetap yakin Tuhan yang diimani-Nya tidak ada yang lain, kecuali Allah Swt.
Suami Siti Masyitoh ini ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan, tangannya terikat di pohon kurma, tubuhnya penuh dengan tusukan anak panah.
Siti Masyitoh sangat sedih melihat kondisi suaminya, namun ia bersabar dan berserah diri kepada Allah Swt, Ia berkeluh kesah kepada istri Fir’aun yaitu Siti Asyiah.
Siti Asyiah pun memberikan nasihat agar Siti Masyitoh dan anak – anaknya sabar, namun, ia bisa membaca isyarat dari Siti Masyitoh yang beriman kepada Allah swt.
Di akhir nasihatnya, Siti Asyiah mengatakan bahwa selama ini dia juga beriman kepada Allah Swt, tapi menyembunyikan dihadapan suaminya.
Sepeninggal suaminya, seperti biasa Siti Masyitoh menjalankan tugasnya sebagai perias putri Fir’aun.
Ada cerita yang sebenarnya tidak begitu bermasalah, tapi berdampak cukup besar, semua itu gara – gara sisir yang dibuat menyisir rambut puteri Fir’aun terjatuh. Akhirnya terungkap jati diri Siti Masyitoh,
Asal muasal ceritanya adalah pada saat itu Siti Masyitoh sedang menyisir rambut anak Fir’aun, tiba – tiba sisir dalam genggamannya terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astagfirullah.
Ketika mengambil sisir yang terjatuh tersebut, bibir dari Siti Masyitoh reflek mengucap, ‘’Bismillah.’’
Ucapan itu membuat anak Fir’aun terkejut, “Apakah ucapan yang kamu maksud adalah bapakku,” tanya anak Fir’aun.
Siti Masyitoh dengan jujur mengatakan bahwa maksud kata itu ialah Tuhan sesungguhnya, bukan ditujukan untuk Fir’aun.
“Yaitu Rabbku, juga Rabb ayahmu, yaitu Allah Swt, Karena tiada Tuhan selain Allah,” katanya Jawaban itu membuat anak Fir’aun tersinggung, berarti ada Tuhan lain kecuali bapaknya.
Anak Fir’aun itu mengancam melaporkan keyakinan Masyitoh tersebut kepada bapaknya.
Namun Siti Masyitoh tidak gentar sedikitpun, karena ia yakin Allah Swt adalah Tuhan yang sebenarnya, bukan Fir’aun.
Laporan anaknya membuat Fir’aun sangat murka, Fir’aun tidak menyangka, pengasuh anaknya adalah pengikut Nabi Musa.
“Apakah, di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa ?” Teriak Fir’aun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. APAKAH PENYEBAB KUBUR SITI MASYITOH HARUM
“Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, mentriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari.
Kini pelayanku sendiri ada yang berani memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Musa As.
Kurang ajar Siti Masyitoh itu,” umpat Fir’aun.
“Panggil Siti Masyitoh kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya.
Siti Masyitoh datang menghadap kepada Fir’aun dengan tenang, Tidak ada sedikit pun perasaan takut di dalam hatinya, karena Siti Masyitoh yakin Allah Swt senantiasa menyertainya.
“Siti Masyitoh, apakah benar kamu telah memeluk agama yang dibawa Musa As ?”. Tanya Fir’aun pada Siti Masyitoh dengan amarah yang semakin meledak.
“Benar,” jawab Masyitoh mantap.
“Kamu tahu akibatnya ? Kamu sekeluarga akan saya bunuh,” bentak Fir’aun, telunjuknya mengarah pada Siti Masyitoh.
“Saya memutuskan untuk memeluk agama Allah Swt, maka saya telah siap pula menanggung segala akibatnya.” jawab Siti Masyitoh dengan tegas.
“Siti Masyitoh, apa kamu sudah gila ! Kamu tidak sayang dengan nyawamu, dan anak – anakmu.”
“Lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.” jawabnya lagi.
Melihat sikap Siti Masyitoh yang tetap teguh memegang keimanannya, Fir’aun memerintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Siti Masyitoh kepadanya.
Ternyata jawaban tersebut membuat Fir’aun semakin marah, Dia memerintahkan para pengawal menyiapkan minyak mendidih di dalam tembaga besar.
Wadah panas itu untuk menggodok Siti Masyitoh beserta anak – anaknya. Pemandangan itu disaksikan masyarakat luas.
Sebelum dimasukkan ke dalam minyak panas yang mendidih, Siti Masyitoh diberi kesempatan sekali lagi untuk memilih ; dia dan dua anaknya selamat jika mengakui Fir’aun sebagai Tuhan.
Sebaliknya, nyawanya terancam jika tidak mau mengakui ketuhanan dari Fir’aun.
Siti Masyitoh tidak gentar terhadap ancaman Fir’aun, Ia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya hanyalah Allah Swt, bukan Fir’aun, raja yang zalim.
Pendirian Siti Masyitoh semakin mempermalukan raja yang dzalim yaitu Fir’aun tersebut.
Raja kejam itu memerintahkan pengawal segera melemparkan Siti Masyitoh bersama anak – anaknya ke dalam minyak mendidih.
Kisah ini disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa, “Firaun memerintahkan melemparkan anak Siti Masyitoh satu persatu di hadapan ibunya hingga yang terakhir bayi yang sedang menyusu dalam pelukan Masyitoh.’’
Naluri keibuannnya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya.
“Yakinlah Masyitoh, Allah pasti menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.
Ketika itu, terjadilah suatu keajaiban, bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya,
“Ibu, janganlah engkau bimbang, yakinlah dengan janji Allah.” Melihat bayinya dapat berkata – kata dengan fasih, menjadi teguhlah iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.
Allah Swt pun membuktikan janji-Nya pada hamba – hambaNya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya.
Ibu mana yang tega menyaksikan satu persatu anaknya tergerus minyak panas. Ketika giliran bayi terakhir akan dimasukkan tembaga panas, Siti Masyitoh sempat ragu.
Kekuasaan Allah Swt menciptakan bayi itu tiba – tiba bisa bicara, “Jangan takut dan sangsi, wahai ibuku.
Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah Swt, dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.” Riwayat lain, bayi Masyitoh meyakinkan ibunya, “Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar.
Wahai ibu masukanlah, karena sesungguhnya siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat.’’ (HR Ahmad).
Kekuatan anaknya membuat keraguan Siti Masyitoh hilang, dengan yakin dan ikhlas kepada Allah, Siti Masyitoh membaca, “Bismillahi tawakkal tu ‘alallah wallahu akbar.’’ Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke minyak mendidih.
Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang – orang istiqamah itu tercium wangi yang sangat harum dari dalam kuali.
Baca juga kisah Panglima dipecat
Allah Swt telah membuktikan kepada hamba – hambaNya yang istiqamah, ketika Siti Masyitoh dan anak- anaknya dilemparkan satu persatu ke wadah yang besar berisi minyak mendidih tersebut.
Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah Swt telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan panasnya minyak dalam wadah besar itu.
Tulang belulang Masyitoh bersama anak – anaknya dikubur di suatu tempat hingga mengeluarkan wangi yang sangat harum. Aroma itu tercium oleh Rasulullah Saw ketika perjalanan Isra Mi’raj. “Itulah kuburan Masyitoh bersama anak – anaknya,’’ kata Malaikat Jibril.
Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.
Siti Masyitoh tetap yakin akan kekuasaan Allah Swt yang di-imaninya, sampai ajal menjemputpun Dia tetap teguh akan keimanannya.
APAKAH PENYEBAB KUBUR SITI MASYITOH HARUM
Semoga kisah tersebut bisa lebih membuat iman yang kita punya semakin kuat di dalam sanubari.
Jangan sampai keimanan kita tergerus akan gemerlapnya dunia yang sifatnya hanya sementara saja.
Dunia ini hanya sebentar saja, kehidupan kekal abadi adalah ketika sudah sampai di hadapan Allah Swt.
Yaitu ketika berada di alam akhirat, yang waktu berputar pada saat itu lebih lama dari pada alam dunia.
Jadikan kisah – kisah sahabat dan pengikut nabi terdahulu sebagai bahan renungan.
Karena demi mempertahankan keimanan, nyawanya siap dipertaruhkan.
Kita hendaknya lebih mempersiapkan diri untuk mencari bekal sebanyak – banyaknya, sebelum langit terpecah.
Bumi beserta isinya porak poranda, tidak ada yang tersisa, karena kiamat sudah tiba.
Sebelum waktu tersebut datang, marilah kita senantiasa menjaga iman kita, agar di dalam menjalani hidup penuh dengan percaya diri.
Tidak ada yang tahu kapan ajal akan tiba, untuk itu, persiapkan sebaik – baiknya.
Semoga bermanfaat..
Dan semoga kita bisa mengambil pembelajaran dari kisah tersebut di atas..Aamiin